Daftar Blog Saya

Minggu, 12 Desember 2010

Tips Kuat Lari Jarak Jauh

ada beberapa tips kuat saat lari.
pertama anda harus latihan pernafasan. latihan pernafasan dapat dilakukan dengan berlatih renang. dengan renang anda dapat melatih pernafasan dengan baik.

kedua, jangan pernah memforsir diri anda pada saat putaran pertama, ada baiknya pemforsiran tersebut dilakukan saat menit2 terakhir.

ketiga saat lari, atur nafas sebaik mungkin. jangan sampai anda kehabisan oksigen saat lari, karena itu membahayakan kesehatan anda....
mungkin itu saja tips sukses saat lari...
lakukan latihan rutin dalam melatih pernafasan maupun latihan lari, karena rutinitas menjadi kunci sukses dalam mencapai sebuah cita cita..
selamat mencoba..

Kamis, 09 Desember 2010

Tip Sukses Ujian

menyediakan penjualan soal2 menarik untuk ujian
mulai dari Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Bhs Indonesia, Bhs Inggris
per mata pelajaran harganya 50.000
silakan pesan ke Email ato ke Facebook kami di: ko2mgend@yahoo.co.id

Jumat, 19 November 2010

perlukah pembangunan kamar seks di LAPAS?

Pengamat: Kamar Seks di Lapas Perlu Diadakan

Medan (ANTARA) - Pengamat hukum dari Universitas Sumatera Utara Dr Pedastaren Tarigan SH mengatakan, pembangunan kamar seksual di lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara perlu diadakan untuk digunakan bagi warga binaan yang ingin melakukan hubungan biologis.

"Kamar tersebut dapat secepatnya direalisasikan, mengingat warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang ada di lapas) dan rutan, juga manusia yang memerlukan hubungan biologis itu," katanya di Medan, Jumat.

Hal tersebut ditegaskannya mengomentari Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar yang kurang setuju didirikannya ruangan seksual di lapas maupun rutan karena akan dijadikan bisnis.

Padahal, Wakil Ketua DPR Bidang Hukum, Priyo Budi Santoso menyetujui Kementerian Hukum dan HAM membangun kamar seks tersebut untuk penyaluran hasrat biologis para narapidana (napi) itu.

Pedastaren mengatakan, warga binaan atau napi yang sedang menjalani hukuman itu juga manusia, perlu diperhatikan hasrat biologis mereka.

Dengan demikian, menurut dia, warga binaan tersebut tetap dalam keadaan sehat baik itu fisik maupun pikirannya.

"Napi yang berada di Lapas dan Rutan itu juga bisa mengalami gangguan kesehatan karena tidak pernah lagi melakukan hubungan biologis," kata dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Oleh karena itu, jelasnya, banyaknya napi mengalami sakit, diduga peyebabnya jarang berhubungan biologis.

"Wajar napi melakukan hal itu, mereka juga manusia yang normal.Kegiatan tersebut tentunya sangat baik untuk kesehatan bagi manusia," kata Pedastaren.

Jangan pula, karena napi tersebut menjalani hukuman, tidak bisa melakukan hubungan biologis, ini juga menyangkut kemanusian.

Selanjutnya ia mengatakan, dengan adanya kamar khusus tersebut, tentunya juga perlu dibatasi dan pengawasan yang ekstra ketat dari petusas institusi hukum itu.

Tentunya, warga binaan yang melakukan hubungan biologis itu telah bersuami isteri.Lain dari itu tidak dibenarkan.

"Ini harus ada pengaturan yang jelas, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan tempat tersebut atau dibisniskan pula oleh oknum petugas," ujarnya.

Pedastaren mengatakan, pendirian bangunan tersebut jangan sampai menimbulkan kesan negatif atau terjadi hal-hal yang tidak diingini, sehingga mencoreng nama baik Kementerian Hukum dan HAM.

"Kementerian Hukum dan HAM harus benar-benar mengawasi ketat, sehingga tidak terjadi penyimpangan atau adanya oknum petugas yang sengaja mencari keuntungan.Ini harus dapat dicegah," kata Pedastaren.

MENGIMANI ADANYA SURGA DAN NERAKA, KEDUANYA ADALAH MAKHLUK

MENGIMANI ADANYA SURGA DAN NERAKA, KEDUANYA ADALAH
MAKHLUK

Ahlus Sunnah bersaksi (dan berkeyakinan) bahwa surga dan neraka adalah makhluk ciptaan Allah, dan keduanya kekal abadi-tidak akan musnah. 

Orang yang masuk surga tidak akan keluar darinya, demikian juga penduduk neraka (dari golongan kafir) yang pantas memasukinya dan diciptakan untuk memasukinya, mereka juga tidak akan keluar darinya.

(kematian akan dipenggal dan disembelih dibatas antara surga dan neraka, lalu datanglah suara memanggil) pada hari itu:
"Wahai penghuni surga, kekekalan bagimu dan tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, kekekalan bagimu dan tidak ada lagi kematian." Demikian yang diriwayatkan dari hadits yang shahih dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam

Rabu, 17 November 2010

Turunya Allah dan Kedatangannya

TURUNNYA ALLAH DAN KEDATANGAN-NYA


Ahlul Hadits menetapkan kebenaran akan turunnya Allah ta'ala pada setiap malam kelangit dunia, tanpa menyerupakan dengan turunnya makhluk, tanpa memperumpamakannya serta tanpa mereka-reka bagaimananya. 

Namun mereka menetapkan sebatas yang ditetapkan oleh Rasulullah, dan menafsirkan berdasarkan dzahirnya, sementara hakikat maknanya mereka serahkan kepada Allah.

Demikian juga mereka menetapkan berita yang diturunkan Allah ta'ala dalam Al-Qur'an diantaranya mengenai Al-Maji' dan Al-Ityan (kehadiran dan kedatangan Allah), Allah berfirman :

هَلْ يَنظُرُونَ إِلاَّ أَن يَأْتِيَهُمُ اللّهُ فِي ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلآئِكَةُ

"Tiada yang mereka nanti-nanti [pada hari kiamat] melainkan datangnya Allah dan malaikat dalam naungan awan..."(Al-Baqarah:210) 

وَجَاء رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفّاً صَفّاً

"Dan datanglah Rabbmu, sedang malaikat berbaris-baris." (Al-Fajar:22)

Kita mengimani sepenuhnya apa yang diberitakan tanpa mempersoalkan bagaimananya. Seandainya Allah menghendaki tentu akan menjelaskannya kepada kita caranya, oleh karena itu kita mencukupkan dengan apa yang telah Allah jelaskan kepada kita dan meninggalkan apa yang samar maknanya [hakikatnya], sebagaimana yang Allah perintahkan:

هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاء الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاء تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ

" Dialah yang menurnkan Al-Kitab (Al-Qur'an). Diantara [isinya] ada ayat-ayat yang muhkam, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan sebagian yang lain [ayat-ayat] mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang dalam ilmunya berkata: 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu datang dari Rabb kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran [daripadanya] melainkan orang-orang yang  berakal". (Ali-'Imran:7) 

Rasulullah bersabda: "Rabb kita tabaraka wa ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia, ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman:
"Siapa yang berdo'a kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan, siapa yang memohon kepada-Ku niscaya akan Aku beri, siapa yang minta ampun niscaya akan Aku ampuni" 6

Ummu Salamah [istri Nabi] mengatakan: "Seindah-indah hari adalah hari dimana Allah azza wa jalla turun ke langit dunia, maka dia ditanya: " Hari apakah itu" Beliau menjawab: "Hari Arafah" 7

Alquran dan Rahasia Angka2


 

Alquran adalah mukjizat abadi Nabi Besar Muhammad saw. Adalah sangat istimewa, mukjizat abadi itu justru merupakan sebuah Kitab, dan dengannya Allah menutup kenabian. Tidaklah mengherankan apabila kemudian Alquran menjadi Kitab yang paling banyak dibaca orang, dikaji, dan ditelaah. Dan sungguh suatu "mukjizat" bahwa kajian-kajian tersebut senantiasa menjadikan orang semakin kagum dan ingin mengkaji lebih dalam.
 
Salah satu dari keutamaan Alquran, seperti seringkali dibicara­kan, adalah keindahan bahasanya (balaghah). Belakangan, para peneliti modern-dengan memanfaatkan kemajuan sains dan teknologi-mengungkap kenyataan baru tentang adanya hubungan makna antara kata-kata tertentu dalam Alquran, yang mempunyai frekuensi penyebutan yang sama banyak. Inilah yang kemudian disebut dengan i'jaz `adadiy (keajaiban dari segi bilangan).
 
Buku ini, Alquran dan Rahasia Angka-Angka, menguraikan sejarah penghitungan kata-kata dalam Alquran sejak masa salaf. Dengan merangkum hampir semua penelitian yang pernah dilakukan para peneliti terdahulu, penulisnya, Dr. Abu Zahra' An-Najdiy-dosen filsafat yang terkemuka di sebuah universitas di Syria-menge­mukakan banyak fakta baru yang sangat menarik, yang selama ini belum terungkapkan oleh peneliti lain.
 
Inilah buku yang paling lengkap dan paling mutakhir dalam bidangnya, yang penyusunannya sendiri, diakui oleh penulisnya sebagai "suatu mukjizat". Buku ini menjadi lebih istimewa, justru karena penulisnya saat ini tengah merampungkan buku keduanya, yang diakuinya karena tak kuasa menahan taburan pesona yang dipancarkan Alquran mukjizat, abadi Nabi kita saw.

Mahtma Ghandi

MAHATMA GANDHI: SATYAGRAHA, NON-KEKERASAN,
DAN DEMOKRASI


TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:

1.      Menjelaskan sumber-sumber utama dari pemikiran Mahatma Gandhi.
2.      Menguraikan pemikiran-pemikiran politik dari Mahatma Gandhi dan relevansinya bagi perjuangan kemerdekaan di India.  
3.      Menjelaskan secara detail bagaimana pemikiran tersebut berdilaog dengan gagasan politik modern.
Pokok Bahasan: Pemikiran Mahatma Gandhi
Deskripsi Singkat: Dalam pertemuan ini anda akan mempelajari tentang pemikiran Mahatma Gandhi. Melalui pembahasan tentang Mahatma Gandhi maka anda dapat menjelaskan bagaimana perlawanan anti-kolonial India yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran politiknya dan dialog kritis yang dibangun antara pemikiran-pemikiran Mahatma Gandhi dengan pemikiran politik modern. Setelah pertemuan ini diharapkan anda dapat menganalisis tentang sumbangan pemikiran Mahatma Gandhi dalam perjuangan anti-kolonialisme dan perjuangan nasionalisme dunia ketiga.

Bahan Bacaan:

  1. Alapatt, Francis (2005), Mahatma Gandhi: Prinsip Hidup, Pemikiran Politik dan Konsep Ekonomi, Nuansa Bandung.
  2. Fischer, Louis (1954), Gandhi: His Life and Message For The World, A Mentor Book, United States America.
  3. Pantham, Thomas dan Deutsch, Kenneth L. (1986) Political Thought in Modern India, Sage Publications New Delhi.  

Bahan Tambahan:

  1. Galtung, Johan (2003), Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik Pembangunan dan Peradaban, Pustaka Eureka Surabaya.
  2.  Loomba, Ania (2003), Kolonialisme/Paskakolonialisme, Bentang Yogyakarta.
  3. Larana, Johnston, dan Gusfield, Joseph R. (1994) New Social Movement: From Ideology to Identity, Temple University Press Philadelphia.
  4. Wertheim, WF (2000), Gelombang Pasang Emansipasi, Institut Studi Arus Informasi Jakarta.
Pertanyaan

  1. Jelaskan dan uraikan secara detail pokok-pokok pemikiran politik dari Mahatma Gandhi dan bagaimana pemikiran tersebut mempengaruhi aktivitas politiknya?
  2. Bagaimana perbedaan antara konsep demokrasi yang ditawarkan oleh Mahatma Gandhi dengan konsep demokrasi liberal Barat?

Pendahuluan

            Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi adalah figure yang tidak dapat dilepaskan dalam perjuangan anti kolonialisme India. Seperti diutarakan oleh Louis Fischer salah satu penulis biografi dari Mahatma Gandhi, Gandhi adalah tokoh utama pergerakan kemerdekaan India yang membawa bangsanya untuk lepas dari kolonialisme Inggris berbasiskan pada prinsip-prinsip utama moral berpegang teguh pada kebenaran, anti kekerasan melalui gerakan ahimsa dan membangun masyarakat yang independen dan otonom melalui gerakan swadesi.
Sebagai seorang filsuf sekaligus aktivis kemerdekaan, Mahatma Gandhi sebenarnya tidak meninggalkan karya peninggalan yang secara koheren menguraikan gagasan-gagasan sistematiknya baik mengenai ekonomi maupun sistem politik. Perhatian utama yang tertuang dalam refleksi filosofis maupun aksi politik yang ia lakukan adalah bagaimana mengamalkan nilai-nilai kebaikan universal untuk menyelesaikan segala persoalan kemanusiaan. Gandhi mengutarakan bahwa ia tidak menawarkan suatu hal yang baru kepada dunia, namun ia hanya berusaha menerapkan kebajikan universal yang tertuang dalam pentingnya kebenaran (truth) dan anti kekerasan (non-violence). (Francis Alappatt; 2005).  Kedua prinsip itulah yang menjadi inti utama dari pandangan filosofis Gandhi, yang dari elaborasi Gandhi terhadap kedua prinsip tersebut, maka kita dapat mensistematisasikan beberapa pemikiran Gandhi beserta interaksinya dengan pemikiran politik modern seperti  gagasan demokrasi, hubungan antara agama dan politik, cita-citanya tentang negara kesejahteraan dalam konstruk nation-state India, maupun refleksinya tentang prinsip non-kekerasan dalam suatu gerakan sosial. 

Biografi Singkat Mahatma Gandhi
            MK Gandhi lahir pada tanggal 2 Oktober 1869 di Porbandar sebuah kota kecil di Gujarat India. Ayahnya adalah seorang pejabat di kota tersebut bernama Karamchand Gandhi. Sementara ibunya Putlibai adalah istri keempat dari ayahnya. Keluarga Gandhi merupakan keluarga yang taat dalam mempraktekkan agama Hindu aliran Waisnawa (aliran ini menyembah Dewa Wisnu dan melarang keras membunuh segala jenis makhluk hidup). Dari proses interaksi awal dengan keluarganya tersebut Gandhi mengenal pola hidup vegetarianisme, nir-kekerasan dan praktek berpuasa. Kesemua pola hidup tersebut selanjutnya sangat mempengaruhi aktivitas politik dari Mahatma Gandhi.
            Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya, atas saran seorang kawan dekatnya Gandhi melanjutkan studi Hukum di London pada tahun 1888. ia diterima di Inns of Court Inner Temple. Di Inggris inilah awal formasi awal intelektual dari Gandhi terbangun. Melalui kawan-kawannya ia diperkenalkan dengan kitab suci ummat Kristiani Injil, kitab yang turut membentuk  religiusitas Gandhi tentang nilai-nilai kebenaran dan cinta kasih. Selanjutnya religiusitas juga berkembang ketika ia membaca kitab Bhagavad Gita yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Song Celestial oleh Sir Edvin Arnold. Di London, Gandhi banyak berinteraksi dengan ide-ide humanis, sosialis, anti-kemapanan melalui diskusi dengan kawan-kawannya yang kesemuanya mempengaruhi pandangan Gandhi tentang kejahatan yang ditmbulkan oleh masyarakat industri kapitalistik di Barat (Louis Fischer; 1954).
            Setelah menyelesaikan pendidikan hukumnya yang ia tempuh selama tiga tahun, Gandhi kemudian kembali ke India pada tahun 1891. Setelah lulus dan pulang ke India, Gandhi mencoba untuk mempraktekkan ilmu hukumnya dengan berkarir secara professional di Pengadilan Bombay India, dan terbukti gagal. Selanjutnya Gandhi bekerja sebagai guru paruh waktu di Bombay High School dan menyelesaikan konsep-konsep penyelesaian persengketaan di Pengadilan.   Gandhi meninggalkan India menuju ke Afrika Selatan setelah mendapatkan kesampatan dari seorang saudagar kaya Dada Abdullah untuk membantu menangani persoalan hukum bagi perusahaannya. Pengalamannya bekerja di Afrika Selatan ini turut membuka kesadaran politik Gandhi akan watak kolonialisme yang rasis dan diskriminatif.
Momen ini bermula ketika saat pengadilan di kota Pretoria Afrika Selatan menghendaki Gandhi untuk datang ke pengadilan. Tiket kelas satu dipersiapkan untuk Gandhi dalam perjalanan kereta api ketempat tujuan selama satu malam penuh. Ditengah perjalanan, Gandhi dipaksa untuk pindah dari gerbong kelas satu karena dia menolak memberikan jatah kursinya kepada penumpang berkebangsaan Eropa, sementara peraturan dalam kereta tersebut menunjukkan bahwa kursi kelas satu hanya untuk penumpang kelas satu. Pengalaman mengalami diskriminasi tersebut merupakan awal terbangunnya kesadaran politik anti-kolonialisme dari Gandhi. Bagi Gandhi formasi kolonialisme telah melahirkan kejahatan yang tumbuh dari prasangka buruk terhadap kulit berwarna (non-kulit putih) berdasarkan superioritas kaum kulit putih. Sejak saat itu Mahatma Gandhi berjuang bagi kesetaraan hak dan menentang setiap diskriminasi sosial dan politik yang dialami oleh kulit berwarna khususnya bangsa India terhadap kaum kulit putih di Afrika Selatan (Louis Fischer; 1954).
Aktivitas politik Gandhi kemudian semakin memuncak seiring kepulangannya ke India pada tahun 1915.  Perjuangan politik pertama Gandhi di India berlangsung pada tahun 1917 di Bihar, ketika dia berjuang untuk para petani India yang miskin dan diesploitasi oleh para tuang tanah selama bertahun-tahun.  Ketika menghadapi persoalan tersebut Gandhi melakukan investigasi terhadap penderitaan yang dialami oleh para petani miskin tersebut. Dalam investigasi tersebut Gandhi menemukan bahwa 8000 petani miskin disana harus membayar berbagai pungutan liar yang dipaksakan kepada mereka dalam jumlah banyak. Setelah mendengar pandangan Gandhi tersebut pemerintah India kemudian membentuk komite untuk mengatasi persoalan tersebut dan dengan suara bulat komite tersebut merekomendasikan penghapusan terhadap segala sistem yang mengeksploitasi petani (Francis Alappatt; 2005).
Kemunculan Gandhi sebagai salah satu pemimpin nasional dalam perlawanan kolonialisme terjadi ketika Gandhi memimpin perlawanan untuk menentang RUU Rowlatt pada tahun 1919. RUU tersebut dimaksudkan untuk menindas gerakan nasionalis India dengan memberikan kewenangan kepada penguasa untuk memenjarakan setiap orang yang dicurigai terlibat dalam aktivitas-aktivitas subversif anti pemerintah tanpa harus melalui proses pengadilan.
Mahatma Gandhi melakukan protes terhadap rencana penerapan RUU tersebut dengan mengumumkan pada tanggal 6 April 1919 sebagai hari Satyagraha. Pada hari tersebut Gandhi dengan sebagian besar masyarakat India melakukan protes bersama terhadap rencana represif penguasa tersebut dengan melakukan gerakan boikot melalui puasa dan berdoa. Di beberapa tempat gerakan protes tersebut ternyata berujung pada kekerasan. Gandhi segera menyerukan penghentian terhadap gerakan tersebut dan ia belajar banyak dari peristiwa tersebut dengan menyadari bahwa rakyat India belaum benar-benar tedidik dalam gerakan satyagraha yang non-kekerasan (Alapatt; 2005).
Sejak tahun 1920, Gandhi kemudian menjadi figure utama dalam kancah perpolitikan India, ketika ia menjadi pemimpin Partai Konggres Nasional India. Gandhi mengubah karakter partai tersebut dari partai elite menjadi partai massa. Dengan kepemimpinannyalah Partai Konggres memiliki akar di desa-desa dan kota-kota seluruh India. Dalam kepemimpinannya tersebut Gandhi mengeluarkan pernyataan yang menggetarkan dan menjadi awal dari perlawanan non-kooperasinya. Pesan Gandhi kepada rakyat India adalah bukanlah kekuatan senjata bangsa Inggris tapi ketundukan tanpa syarat rakyat Indialah yang menyebabkan tanah air India diperbudak oleh bangsa asing (Alapatt; 2005).
Penyadaran-penyadaran politik yang dilakukan Gandhi kepada masyarakat India maka Gandhi menyerukan pembangkangan rakyat India terhadap pemerintah kolonial Inggris melalui perjuangan satyagraha yang meliputi tindakan politik non-kooperasi dan non-kekerasan secara bersamaan. Gerakan ini meliputi boikot terhadap barang-barang produksi Inggris dan segenap institusi yang dioperasikan bagi bangsa-bangsa Inggris dan mendiskriminasi bangsa India. Gandhi kemudian menyerukan gerakan swadesi agar bangsa India secara otonom memproduksi barang-barang secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Gerakan ini kemudian direspons dengan penangkapan para aktivis satyagrahis oleh pemerintah kolonial Inggris.
Tahun 1930 menjadi tahun yang menentukan bagi perjuangan politik Gandhi dan masyarakat India. Pada tahun tersebut, tepatnya pada tanggal 26 Januari 1930, Partai Konggres dibawah pimpinan Gandhi menetapkan tahun itu sebagai tonggak awal perjuangan kemerdekaan di India. Gandhi menyusun sendiri deklarasi kemerdekaan India dan menyerahkannya pada Raja Muda (Wakil Raja Inggris di India). 
Fase dramatis dalam perjuangan politik Gandhi dan masyarakat India ini diawali dengan peluncuran gerakan Satyagraha melalui ajakan Gandhi kepada warga India agar mereka mengolah garam sendiri dari air laut dan memboikot pajak garam yang diterapkan kepada warga India. Perjuangan ini diawali pada tanggal 12 Maret 1930, ketika Gandhi berangkat dari Sabarmati India bersama 78 sukarelawan menuju Dandi untuk memulai Satyagraha. Gandhi bertekad tidak akan kembali ke Ashram-nya di Sabarmati sampai kemerdekaan India terwujud. Gerakan tersebut kemudian diikuti oleh seluruh warga India dan menyulut gerakan perlawanan anti kekerasan kepada pemerintah kolonial Inggris. Pemerintah kembali merespons gerakan tersebut dengan penangkapan-penangkapan terhadap para aktivis dan seluruh pemimpin Partai Konggres termasuk Gandhi (Alapatt; 2005).
Pada tahun 1933, Gandhi mengkonsentrasikan diri pada perumusan program-program yang penting bagi pembentukan bangsa India setelah mendapatkan kemerdekaan. Melalui program tersebut Gandhi bermaksud untuk mendidik masyarakat pedesaan India (85% dari penduduk India) berjuang melawan ketidakadilan sistemik. Perjuangan ini juga dimaksudkan untuk melawan ketidakadilan sosial yang bersumber dari tradisi yang berpijak pada sistem kasta.  Gandhi juga berjuang untuk melawan ketidakadilan lainnya dan melawan kemiskinan dengan menyerukan pentingnya swadesi atau kemandirian ekonomi bangsa India dengan mempromosikan pemintalan dengan tangan dan kerajinan tenun di desa-desa di India. Gandhi memusatkan perhatian perjuangannya di pedesaan India.
Mahatma Gandhi kemudian mundur dari kepemimpinan di Partai Konggres pada tahun 1934, akibat terjadinya perpecahan dengan beberapa anggota Konggres. Perselisihan tersebut berawal dari adanya perbedaan prinsip di dalam Partai tersebut. Berbeda dengan Gandhi yang melihat perjuangan non-kekerasan sebagai keyakinan fundamental dalam aktivitas politik bangsa India sehingga tidak dapat ditawar-tawar lagi; sebagian pemimpin Partai Konggres India melihat non-kekerasan sebagai salah satu metode dan alat politik untuk melakukan peralanan terhadap kolonialisme. Alasan tersebutlah yang membuat ia mundur dari kepemimpinan Partai Konggres. Setelah kemundurannya dari Partai Konggres dan untuk merealisasikan perjuangannya, Gandhi membentuk Asosiasi Industri Pedesaan Seluruh India. Perkumpulan menjadi organisasi non-politik yang bertujuan pada perbaikan ekonomi, moral dan kesehatan seluruh masyarakat India.  Bagi Gandhi swaraj (kemerdekaan mengatur diri sendiri) dapat tercapai apabila setiap desa-desa di India dapat mandiri dan bertumpu pada dirinya sendiri (Alapatt; 2005).
Pecahnya Perang Dunia II menjadi fase krusial dalam perjuangan bangsa India untuk mencapai kemerdekaannya. Pada masa itu Gandhi terlibat polemik dengan Konggres Nasional India yang telah bersiap untuk mendukung posisi Inggris dalam perang tersebut. Keteguhan Mahatma Gandhi dalam memegang prinsip non-kekerasan telah membawanya pada sikap terhadap sikap dukungan kepada Inggris dalam Perang Dunia ke-2. Bagi Gandhi dukungan terhadap Inggris dalam perang tersebut merupakan suatu pemihakan terhadap jalan kekerasan. Mahatma Gandhi pada Agustus 1942 berhasil mengarahkan Konggres India untuk mengambil langkah radikal melalui resolusi nasional agar Inggris meninggalkan India. Gandhi menggugah para aktivis-aktivis untuk melakukan gerakan pembangkangan sipil guna memperjuangkan resolusi tersebut dan mencapai kemerdekaan bagi bangsa India Menghadapi gerakan tersebut pemerintah bereaksi dengan memenjarakan seluruh pimpinan Konggres India (Louis Fischer 1954; 146).
Ketika para pemimpin pergerakan kemerdekaan India termasuk Gandhi tengah dipenjara, terjadi berita yang sangat menggemparkan bagi keberlangsungan gerakan kemerdekaan bangsa India. Gerakan politik Muslim menuntut adanya pemisahan negara atas dasar agama. Kondisi tersebut mengguncang stabilitas hubungan antara kaum Muslim dan Hindu. Gandhi berjuang sekuat tenaga untuk menghalangi terjadinya disintegrasi dan konflik yang berlangsung antara ummat Islam dan Hindu. Salah satu kekecewaan utama yang dirasakan olehnya adalah ketika ia harus menghadapi realitas bahwa kemerdekaan India ternyata harus didapatkan melalui pemisahan daerah dengan Mayoritas agama Muslim menjadi negara tersendiri dari India yaitu negara Pakistan (Alapatt 2005; 28).
Ditengah kekecewaan tersebut Gandhi kemudian mengarahkan perhatiannya untuk mengobati trauma sosial yang terjadi paska disintegrasi India dan Pakistan. Selanjutnya Gandhi mengalami posisi yang dilematis, bagi sebagian orang Hindu Gandhi dipandang sebagai kawan dari kaum Muslim. Sementara bagi sebagian orang Muslim, Gandhi ditolak karena ia beragama Hindu. Perjalanan hidup Gandhi berakhir pada tanggal 30 Januari 1948 ketika dalam aksi puasa yang ia lakukan bagi perdamaian India di New Delhi, Gandhi ditembak oleh aktivis militant Hindu yang membenci sikap inklusif dan toleran dari Mahatma Gandhi.

Sumber-Sumber Pemikiran yang Mempengaruhi Mahatma Gandhi      
   Setelah mengulas secara singkat perjalanan hidup dari Mahatma Gandhi maka selanjutnya bagian ini akan menguraikan sumber-sumber pemikiran yang mempengaruhi pemikiran maupun aktivitas politik dari Mahatma Gandhi. Keluasan cakrawala pandagan filosofis dari Mahatma Gandhi ia dapatkan dari proses dialognya yang intensif dengan kekayaan khasanah pemikiran filosofis dan hikmah dari Barat maupun Timur.
Disini kita dapat mempertimbangkan gagasan tentang “Hibriditas” dalam kajian postcolonial studies untuk membaca pengaruh-pengaruh pemikiran yang membentuk cakrawala pengetahuan seorang Mahatma Gandhi. Seperti diutarakan oleh Ania Loomba (2003) dalam Kolonialisme/ Paskakolonialisme bahwa seringkali gagasan-gagasan antikolonialisme yang memperjuangkan otentisitas politik dari aktivis anti-kolonial seperti Gandhi dibangun melalui praktek hibrida dengan cara meminjam gagasan-gagasan dari Barat dan dijejerkan dengan gagasan-gagasan tradisi India untuk merumuskan perlawanannya.  Seperti akan kita bahas dibawah ini, bahwa selain kitab Hindu Bhagavad Gita, Al-Qur’an maupun Injil yang mempengaruhi pandangan Gandhi, spiritualitas dan intelektualitasnya juga dipengaruhi oleh pandangan para filsuf Barat seperti Henry David Thoreau, William M. Salter, John Ruskin, dan Leo Tolstoy.   
  Selanjutnya secara singkat bagian ini akan mendiskusikan bagaimana para pemikir-pemikir tersebut mempengaruhi semesta pemikiran Mahatma Gandhi. Leo Tolstoy melalui bukunya The Kingdom of God is Within You merupakan salah satu pemikir besar Kristen Rusia yang sangat mempengaruhi Gandhi. Melalui Tolstoy, Gandhi menghayati bahwa hukum alam telah mengatur bagaimana manusia seharusnya hidup dan bekerja dan bekerja sebagai sumber mata pencaharian manusia. Salah satu kesesuaian antara Gandhi dann Tolstoy adalah mereka sama-sama meyakini pentingnya prinsip non-kekerasan dalam setiap aktivitas kemanusiaan (Louis Fischer 1954; 39-40). Prinsip inilah yang kemudian oleh Gandhi dipraktekkan dalam gerakan Satyagraha.   
Apabila Tolstoy memberikan pengaruh besar kepada Gandhi untuk berpegang pada prinsip non-kekerasan, maka pemikir Anarkhis Henry David Thoreau dalam essaynya Civil Disobedience mempengaruhi gagasan Gandhi tentang gerakan non-kooperasi dan pentingnya berpegang pada semangat kebenaran yang melampaui ketaatan pada hukum. Semangat berpegang pada kebenaran ini diterjemahkan oleh Gandhi menjadi Satyagraha. Gandhi menyepakati pandangan Thoreau bahwa warganegara memiliki hak untuk membangkang dan menolak patuh kepada penguasa, ketika penguasa bertindak tiran. Penolakan warga tersebut menjadi satu-satunya cara efektif yang dapat dilakukan terhadap pemerintahan tirani (Alapatt 2005; 35).
Pemikir Barat lainnya yang ikut mempengaruhi Gandhi adalah John Ruskin dengan karyanya Unto This Last. Melalui Ruskin ini Gandhi memahami bahwa hidup itu pada intinya adalah kerja, kehidupan yang dilakukan oleh petani dan pengrajin di desa adalah pekerjaan yang mulia. Ruskin menguraikan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia memiliki kemuliaan dan setara satu sama lain, sehingga pada dasarnya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh individu terdapat kebaikan untuk semua. Karya Ruskin ini membawa pengaruh dashyat kepada Gandhi untuk kembali kealam dengan memfokuskan pada bekerja di pedesaan dan hidup secara sederhana.
Selanjutnya satu nama pemikir Barat yang mempengaruhi Gandhi adalah William Macintyre Salter dengan karyanya Ethical Religion. Dalam karya tersebut Gandhi menghayati bahwa setiap orang harus mengikuti jalan yang telah diketahui sebagai jalan kebenaran meskipun jalan tersebut tidak lazim untuk ditempuh. Dengan berdialog dengan pemikiran Salter, Gandhi memahami bahwa moralitas tidak bisa dipatuhi tanpa kepatuhan terhadap agama. Terdapat keterkaitan erat yang tidak dapat dipisahkan antara moralitas dan agama yang harus dijalankan oleh seseorang ketika ia ingin mendapatkan kemajuan spiritual dan tidak hanya material. 
Setelah memahami beberapa pandangan intelektual yang mempengaruhi pemikiran Gandhi maka kita mendapatkan bahwa kesetiaan terhadap nilai-nilai kebenaran, non-kekerasan dan hidup sederhana untuk kembali kealam, serta kesetiaan untuk berpegang pada moralitas agama merupakan sendi-sendi dasar dari pandangan dan gerak langkah yang dipegang teguh oleh Mahatma Gandhi dalam perjuangannya.

Fondasi Filosofis Pemikiran Mahatma Gandhi
            Setelah mendiskusikan gagasan-gagasan yang mempengaruhi pemikiran Gandhi, maka selanjutnya kita akan membahasa bagaimana fondasi filosofis pemikiran Gandhi dan kemudian pengaruhnya bagi gagasan-gagasan politik dari Mahatma Gandhi. Dua tema sentral dalam pemikiran filosofis dari Gandhi adalah pandangan filosofisnya tentang prinsip nir-kekerasan dan kebenaran.
            Menurut Gandhi kekerasan adalah identik dengan eksploitasi, ia merepresentasikan penolakan terhadap integritas individual. Secara moralitas, setiap manusia mempunyai hak untuk dihargai integritasnya oleh yang lain, selain itu ia juga memiliki tanggung jawab untuk menghargai kebebasan dan integritas yang lain. Manusia sudah semestinya diperlakukan sebagai tujuan dalam dirinya sendiri. Sehingga tidak dibenarkan apabila manusia diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan selain untuk tujuan kemanusiaan itu sendiri. Kekerasan tidak saja menghancurkan dan mendegradasikan kemanusiaan dari sang korban. Namun lebih dari itu ia juga menghilangkan sisi kemanusiaan dari sang pelaku. Demikianlah kekerasan menurut Gandhi menghancurkan kedua belah pihak baik pelaku kekerasan maupun korban dari kekerasan. Dengan demikian menurut Gandhi prinsip non-kekerasan adalah merupakan prinsip penting yang berlaku secara universal dan disegala kondisi. Hanya dengan menegakkan non-kekerasan sebagai prinsip utama dan bukan semata-mata sebagai instrument maka tatanan kehidupan yang manusiawi dapat dibangun dan dirawat (Ronald J. Terchek 1986; 310).
            Menurut Gandhi tidak seluruh kekerasan bersifat personal, seseorang melakukan kekerasan secara fisik terhadap yang lain. Banyak dari bentuk kekerasan bersifat institusional. Berbagai bentuk kondisi seperti kemiskinan, pengangguran dan diskriminasi sosial menurut Gandhi akibat dari kekerasan yang bersifat institusional yang menghadirkan struktur sosial yang tidak adil. Untuk menghadapi kekerasan yang bersifat institusional maka diperlakukan bentuk-bentuk pengaturan institusi baru yang memiliki karakter anti kekerasan (Terchek; 311).
            Untuk dapat keluar dari lingkaran kekerasan yang mendegradasi nilai-nilai kemanusiaan-bagi Gandhi-maka setiap manusia harus menjalankan prinsip anti-kekerasan (ahimsa) yang didasari oleh cinta. Cinta yang dapat secara spontan dan memungkinkan manusia selaras dengan fikiran dan manusia untuk menjalankan jalan hidup non-kekerasan. Selanjutnya berhubungan dan pandangannya tentang kebenaran, Gandhi memahami bahwa kebenaran merupakan prinsip tertinggi yang didalamnya tercakup prinsip-prinsip lainnya. Kebenaran itu melekat dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Menurut Gandhi prinsip Kebenaran Absolute adalah Tuhan (Alapatt 2005; 56-57). Inilah yang dikenal dalam pernyataan Gandhi bahwa Tuhan adalah kebenaran. Namun demikian Gandhi berpijak pada relativitas dan kelemahan manusia, menurut Gandhi setiap manusia tidaklah dapat memahami kebenaran yang bersifat absolute, untuk itulah maka kita tidak dapat memaksakan persepsi kebenaran kita kepada yang lain.
Bagi Gandhi kebenaran mungkin absolute namun pengetahuan manusia terhadapnya bersifat relatif (Terchek 1986; 311). Pandangan Gandhi tentang kebenaran absolute adalah Tuhan dan relativitas pengetahuan manusia ini memberi pengaruh terhadap kesadaran inklusivitas dalam pemikiran filosofis Gandhi. Gandhi meyakini bahwa kebenaran absolute hanyalah Tuhan sementara manusia hanya memahami kebenaran secara relative sehingga setiap manusia harus terbuka terhadap perspektif yang lain dan menerima koreksi dari yang lain secara terus menerus untuk memperbaiki pandangannya (Alapatt 2005; 57-58). Ketegaran Mahatma Gandhi dalam berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran dan nir-kekerasan ini membawanya pada sikap pengutamaan harkat hidup kemanusiaan dalam setiap refleksi praksis jalan perjuangan yang ia lampaui. Pemahaman akan hal ini ikut mempengaruhi gagasan-gagasan politik yang diyakini oleh Mahatma Gandhi.

Pemikiran Politik Gandhi tentang demokrasi liberal: Komunitarian- Demokrasi
              Dalam perspektif pemikiran politik, Mahatma Gandhi memiliki pemikiran otentik tentang demokrasi yang berbeda dengan model dominant demokrasi liberal pluralis. Demokrasi liberal berbasis pada pemilihan umum yang fair dengan partai-partai politik sebagai kekuatan politik yang saling berkontestasi. Diantara pemilihan umum tersebut, kekuatan-kekuatan politik merepresentasikan kepentingan dari konstituennya berhadapan dengan berbagai agensi-agensi pemerintahan untuk mempengaruhi kebijakan politik.
Dalam model perspektif demokrasi liberal-pluralis, politik berbasis pada pencapaian kepentingan diantara kelompok-kelompok politik yang berbeda dimana konflik, kompromi dan pertidaksetujuan diantara kepentingan-kepentingan yang ada ditampilkan dalam arena politik. Sebagai ilustrasi adalah bahwa masing-masing kelompok memiliki kepentingan-kepentingan.  Saya memiliki kepentingan sedangkan anda memiliki kepentingan. Kemarin mungkin saya dapat memperoleh apa yang saya inginkan tanpa meyakinkan atau merangkul bahkan dengan cara menyingkirkan anda, namun saat ini karena ada persamaan kepentingan diantara kita maka kita dapat berkoalisi untuk memperoleh keinginan kita. Sementara mungkin esok hari agar saya dapat memperoleh apa yang saya inginkan dengan secara susah payah meyakinkan anda untuk mendukung saya.
Perspektif demokrasi liberal pluralis berpijak pada prinsip pemuasan kepentingan individual dimana hal ini tidak secara otomatis membawa pada kondisi harmoni. Demokrasi liberal pluralis berbasis pada proses negosiasi melalui kompetisi, atau kompromi yang berjalan secara kontekstual dalam prosedur-prosedur politik demokratis. Model ini mempercayai akan begitu banyak bentuk sumber daya yang dapat digunakan untuk dapat memobilisasi kekuatan politik. Mengingat kepercayaan perspektif ini akan pluralitas kekuatan politik yang hadir dalam ruang politik demokratis, maka pandangan ini meyakini bahwa tidak ada kelompok, kelas dan kekuatan politik yang dapat begitu saja memonopoli seluruh sumber daya yang ada. Konflik, kompetisi dan kompromi dalam proses-proses politiklah yang menggerakkan dinamika politik dalam model demokrasi liberal.
Meskipun pandangan demokrasi liberal memahami adanya kepentingan-kepentingan dari kelompok lain, menurut Gandhi model demokrasi liberal pluralis meyakini bahwa yang utama adalah bagaimana memperjuangkan kepentingan pribadi dengan melihat posisi dari kepentingan-kepentingan lainnya dihadapan kepentingannya sendiri. Prinsip ini jelas bertentangan dengan pendapat Gandhi yang berbasis pada semangat komunitarian daripada semangat memperjuangkan kepentingan individual. Gandhi berpijak dari premis bahwa kehidupan sosial membutuhkan penghargaan terhadap kebebasan dan keterhubungan antara manusia. Manusia tidak dapat begitu saja selalu mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. Karena menurut Gandhi ketika suatu kelompok hanya terfokus pada kepentingannya sendiri maka ia dapat meminggirkan kepentingan yang lain.
Menurut Gandhi tidak semua kepentingan diri harus diprioritaskan. Gandhi membedakan antara kepentingan diri (self interest) dan kebutuhan dasar manusia (basic need of man). Kebutuhan dasar manusialah yang harus diprioritaskan. Struktur politik suatu negara menurut Gandhi agar dapat mencapai tujuan kemanusiaan bagi warganegaranya harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, bukan hanya memperjuangkan kepentingan-kepentingan kelompok. Mahatma Gandhi mempercayai bahwa untuk menjamin kebutuhan dasar manusia maka yang institusi-institusi sosial ekonomi harus didesain untuk mereduksi benturan antara kepentingan kelompok. Bagi Gandhi setiap sistem politik dapat menjadi demokratis ketika kondisi-kondisi bagi terbangunnya kebebasan bagi tiap warga negara terealisasi (Thomas Pantham 1986; 327). Karena bagi Gandhi hanya dengan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar manusialah kondisi bagi hadirnya kebebasan dapat tercapai dan struktur politik dibangun berdasarkan atas partisipasi masyarakat dan kehendak otonom mereka berdasarkan prinsip keterhubungan satu sama lain.               
Berbeda dengan gagasan demokrasi liberal yang mengedepankan pada kompetisi dan kompromi dalam ruang kontestasi politik antara kekuatan-kekuatan politik. Pemikiran politik Gandhi tentang demokrasi berbasis pada terbangunnya ruang publik diantara warga negara agar proses dialog, partisipasi, dan semangat non-kekerasan menjadi karakter utama tatanan politik tersebut. Semangat anti-kekerasan menjadi factor mendasar dalam tatanan politik yang diperjuangkan Gandhi, karena penggunaan prinsip kekerasan oleh penguasa menunjukkan kegagalan sistem tersebut bekerja untuk memanusiakan warganya (Terchek 1986; 320).
  
Prinsip Nir-Kekerasan dan Non-Kooperasi dalam Gerakan Sosial Gandhian
            Mahatma Gandhi berusaha untuk keluar dari dua titik ekstrem antara ketundukan dan konformisme dengan kekuasaan atau perlawanan dengan kekerasan terhadap kekuasaan yang tiran. Menurut Gandhi kedua hal tersebut dapat mengarah pada dehumanisasi. Ketundukan dan konformisme terhadap kekuasaan yang tiran akan membelenggu potensi kreatif dan fitrah manusia untuk merdeka. Sementara sisi ekstrem lainnya yaitu perlawanan dengan kekerasan terhadap kekuasaan akan menimbulkan kerugian yang mengerikan terhadap semua fihak dan memunculkan balas dendam dan kebencian yang tidak berkesudahan. Untuk mengatasi kedua problem tersebut maka Gandhi membangun alternatif perjuangan nir-kekerasan dan non-kooperasi terhadap kekuasaan tiran colonial.
Menurut Gandhi tujuan utama dari gerakan tersebut adalah untuk membangun otonomi dan swadaya bagi mereka yang tertindas dan melampaui relasi ketegangan yang berlangsung antara penindas dan yang tertindas (Johan Galtung 2003; 210). Dalam perjalanan teori gerakan sosial, prinsip nir-kekerasan dan non-kekerasan ini digunakan keduanya oleh model-model gerakan sosial baru yang berkembang semenjak akhir abad ke-20. Kelompok-kelompok feminis, transsexual, kelompok perdamaian, lingkungan hidup dan lain-lain ini menyerap prinsip-prinsip gerakan dari Mahatma Gandhi dalam membangun gerakan sosialnya (Johnston, Larana, Gusfield 1994; 8).
Namun demikian ada beberapa kritik-kritik terhadap metode non-kekerasan dari Gandhi dalam menggerakkan gerakan sosial. Seperti diutarakan oleh sejarahwan marxis WF Wertheim bahwa gerakan revolusi anti-kekerasan dapat berhasil di India dibawah pimpinan Gandhi karena pemegang kekuasaan dalam deraajt tertentu memberikan toleransi dan menunjukkan pengertian pada gerakan pembebasan, situasinya akan berbeda dibawah tekanan yang begitu kuat dari penguasa terhadap gerakan. Seperti diutarakan oleh Wertheim bahwa gerakan kemerdekaan yang diperjuangkan oleh Gandhi bukanlah menjadi bagian dari gerakan revolusi sosial. Revolusi sosial menurut Gandhi tidak berusaha menumbangkan tatanan sosial secara keseluruhan. Kaum tuan tanah maupun pelaku bisnis tidak diresahkan oleh Gandhi apabila mereka berkuasa paska keruntuhan rezime tirani (Wertheim 2000; 249). Namun demikian diantara kritik-kritik terhadap Gandhi, satu hal yang pasti bahwa semangat anti kekerasan adalah relevan terhadap setiap proyek-proyek politik yang menjadikan humanisasi sebagai tujuan politiknya.   
Penutup
            Pembacaan terhadap pandangan politik Gandhi memperlihatkan bahwa bagi Gandhi prinsip kebenaran dan nir-kekerasan adalah fondasi utama dalam konstruksi imajinasin politiknya tentang tatanan politik negara bangsa India. Prinsip-prinsip inilah yang menjadi fundamen dasar bagi pembentukan teori-teori politiknya dan interaksi yang dibangun oleh Gandhi dengan wacana politik modern.   

Filsafat Ilmu

Manusia merupakan makhluk yang memiliki jiwa dan raga. Dan dari jiwa raganya pula manusia berinteraksi dengan realitas-realitas yang ada. realitas tersebut diterima oleh panca indera dan diterima oleh akal, dirasakan oleh jiwa, dipikirkan dan kemudian manusia berkehendak melakukan respon atas realitas tersebut. Sehingga dari hal tersebutlah manusia memunculkan adanya kebutuhan untuk dapat menunjang keberlangsungan hidupnya. Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki 5 tingkatan kebutuhan. Yang pertama adalah fisiologis, Keamanan, Cinta, harga diri dan aktualisasi. Contohnya saja ketika manusia melihat realitas kemiskinan di Indonesia. Realitas tersebut menghadirkan perasaan kasihan, sehingga manusia berpikir dan melakukan respon berbagai macam. Ada yang menjadi dermawan demi kebutuhan akan social atau mungkin harga diri sebagai orang yang dermawan. Sehingga demikian ini memunculkan berbagai macam kebutuhan manusia.
Manusia tidak hanya didasarkan atas kebutuhan apa yang ia perlukan, akan tetapi manusia juga memiliki kehendak atau keinginan diluar kebutuhan tersebut. Contoh saja manusia membeli barang mewah bukan karena kebutuhan, melainkan karena keinginannya untuk pamer dan sebagainya. Karena keinginan ini pula manusia menjadikan kebutuhannya bertambah dan semakin sulit untuk didapatkan. Dengan kesulitan yang terus dihadapi, maka manusia berpikir yang menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan untuk menunjang kebutuhan dan keinginan yang semakin banyak dan kompleks. Sebut saja mesin. Dengan mesin manusia bisa melakukan berbagai macam pekerjaan yang rumit seperti membuat pakaian, membuat makanan dan sebagainya. Ini mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan semakin bertambahnya zaman, semakin banyak pula kebutuhan manusia, yang berarti semakin berkembangnya pula ilmu pengetahuan bagi manusia.
Namun disisi lain, manusia juga dalam kehidupannya dilingkari dengan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupannya. Kebudayaan yang menjadi tradisi dalam kehidupan manusia mengharuskan manusia harus hidup sesuai dengan apa yang telah menjadi tradisi. Dimana peraturan tersebut sering kali dipegang otoritasnya oleh kepercayaan-kepercayaan yang ada. dimana terkadang kepercayaan tersebut merupakan pengetahuan masa lampau yang sekarang bisa jadi sudah tidak relevan lagi untuk dipersandingkan dengan kebutuhan manusia yang komplek. Munculnya kepercayaan-kepercayaan masa lampau itu adalah kebutuhan manusia yang belum kompleks seperti sekarang. Akan tetapi manusia masih tetap mengikuti peraturan yang ada pada tradisinya, sebab tradisinya tersebutlah yang bisa membawanya sampai pada saat ini.
Dengan adanya kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan juga keterikatan akan tradisi yang ada menyebabkan dampak-dampak yang terjadi terhadap life-world manusia. bisa jadi semua tradisi manusia tergantikan dengan budaya baru hasil dari pengetahuan kekinian. Sehingga dampak apa yang akan disebabkan oleh benturan ilmu pengetahuan dan life-world dan bagaimana penyikapan manusia terhadap dampak yang ada, maka perlu diketahui kedua hal tersebut.
Sudah pernah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis dan imajinatif. Dimana metode-metode yang digunakan adalah metode- metode yang logis karena ilmu pengetahuan mempraktekkan logika. namun selain logika, temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan dipengaruhi oleh akal budi manusia yang terbuka pada realitas. Selain itu, ilmu pengetahuan juga haruslah berbicara tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan topic bahasan diantaranya ilmu pengetahuan dan life-world.
Permasalahan
·           Manusia memerlukan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
·           Keterikatan manusia dengan tradisi yang ada
·           Ilmu pengetahuan mengikis keberadaan tradisi dalam kehidupan manusia
Tujuan
Dengan pembahasan dari ilmu pengetahuan dan life world, maka akan diketahui beberapa hal dalam pembahasan ini, diantaranya :
1.      Mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat dari benturan ilmu pengetahuan dan life world
2.      Mengetahui sikap (watak) yang harus ditampilkan secara intelektual dalam kehidupan sehari-hari atas penyikapan dampak tersebut.

A.    Pengertian
Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang berkaitan dengan fakta (meliputi data dan informasi) dan bersifat objektif, universal dan rasional. Sedangkan life world merupakan pengalaman pribadi dan bersifat subjektif. Ilmu pengetahuan tidak hanya terpaku pada prinsip finalitas akan. Tetapi lebih menekankan prinsip kausalitas. Contohnya ketika ada seseorang meninggal dunia karena kanker, maka ilmu pengetahuan tidak puas hanya dengan kenyataan bahwa setiap manusia akan mati. Ilmu pengetahuan akan mencari tahu sebab-sebab seseorang itu meninggal sehingga melihat bahwa akibat B disebabkan oleh sebab A.
B.     Dampak Intelektual
Sistem berpikir rasional, ilmu pengetahuan menjadi sebab terdalam dari lenyapnya banyak kepercayaan tradisional yang tidak mendasar,  tidak adanya kausalitas, hubungan sebab akibat atau dapat dikatakan gejala – gejala alam yang tidak dapat di nalar secara rasio. Secara umum, dapat diuraikan empat hal baru dari ilmu pengetahuan yang menimbulkan lenyapnya kepercayaan -  kepercayaan tradisonal.
Pertama, pengamatan lawan otoritas. Ini menjelaskan bahwasannya ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada otoritas melainkan pengamatan. Otoritas di sini bukanlah memiliki makna kekuasaan yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan menentukan suatu kebijakan umum (terhadap Negara). Tetapi otoritas pada pembahasan ini merelevansikan dengan tradisi, sebagaimana tradisi yang telah mengakar kuat, terpatri, tertanamkan dan sangat berperan dalam memberikan pengaruh terhadap pola pikir (mindset).
Ilmu pengetahuan merintis jalan kepada kemandirian dalam berpikir berdasarkan pengamatan terhadap gejala – gejala alam atau social. Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan menuntut agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada tradisi atau otoritas tetapi percaya pada pengamatan dengan tehnik – tehnik yang rasional. Dengan kata lain ilmu pengetahuan melawan dan berusaha melenyapkan otoritas atau tradisi yang telah terpatri, tertancap.
Kedua, otonomi dunia fisik. Selain berdasarkan pada pengamatan, ilmu pengetahuan juga berangkat dari suatu filosofi tentang alam sebagai sesuatu yang otonom, yang memiliki hukumnya sendiri, tidak ada pengaruh roh – roh halus. Contoh sederhana, adanya fenomena alam gunung meletus. Orang yang masih terikat akan tradisi akan menganggap kejadian tersebut disebabkan atau digerakkan oleh roh – roh halus, atau yang mereka anggap sebagai penjaga gunung berapi. Tetapi secara ilmiah fenomena itu disebabkan magma yang terdapat pada dapur magma terdorong untuk keluar melalui celah, gang kecil. Magma yang keluar disebut dengan lava atau lahar.
Peranan dewa – dewi, roh – roh halus yang dianut lenyap dengan sendirinya jika ilmu pengetahuan dapat diterima.
Ketiga, disingkirkannya konsep tujuan. Berbeda dari agama ilmu pengetahuan hanya mengenal sebab efisien dari suatu peristiwa. Contoh kasus ada pertanyaan. Mengapa banyak orang meninggal karena kanker. Dalam medis atau ilmu kedokteran, pada diagnosanya menjelaskan bahwa mereka meninggal, imun atau kekebalan yang dimiliki tergrogoti oleh kanker itu sendiri secara perlahan. Itu secara ilmiah, tetapi jika direfleksikan dan direlevansikan dengan teologi (ilmu ketuhanan)

C.    Dampak Sosial Praktis
Pada dampak social praktis dijelaskan bahwa ketika kita mengetahui suatu ilmu pengetahuan atau dapat juga dicontohkan seperti hukum kauslitas. Maka hal ini, tidak hanya berhenti pada titik ketika kita mengetahui sebuah ilmu pengetahuan itu saja. Tetapi, hal ini dilanjutkan dengan tindakan bagaimana kita dapat memikirkan atau memberikan solusi untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan. Berbeda lagi ketika kita membahas tentang teori tindakan “ dimana ketika ada yang tahu tentang sebab a maka akan tahu juga akibat b”. dalam hal ini sebenarnya ingin menjelaskan bahwasanya teori ilmiah dapat berupa teori pengetahuan (theory of knowledge) dan juga dapat pula menjadi teori tindakan (theory of action). Dalam hal ini teori ilmiah tidak dapat menjadi teori tindakan kecuali dengan teknik-teknik ilmiah yang digunakan dalam konteks interaksi komunitas manusia.
D.    Manfaat ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dengan teori tindakannya dapat memperlihatkan banyaknya fungsi ilmu pengetahuan, baik fungsi itu untuk kebaikan masyarakat banyak atau pula untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi seseorang dalam meraih kekuasaan. Selain itu pula, ilmu pengetahuan juga mempunyai peran penting dalam membuat
Sebab akibat yakni jika kita melakukan sesuatu pasti ada sebab yang mana dari sebab itu pastilah ada akibat. tetapi sebelum akibat itu terjadi haruslah kita dapat mencegahnya. Kesimpulannya adalah sebelum akibat itu terjadi kita harus mencegahnya. Namun, setelah kita berusaha mencegah ternyata seringnya malah hasilnya berdampak negatif karena tambah melayani nafsu penguasa.
E.     Watak Intelektual sebagai sikap ilmiah
Setiap orang mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan masyarakat ilmiah pada umumnya. Yaitu taat pada rasio. Maksudnya, dalam mengembangkan dan memengaruhi pola pikir kita dituntut untuk secara ilmiah, di mana dapat secara logika, direfleksikan ke dalam pikiran kita. Dan itu pula didukung dengan adanya peneletian, pengamatan sebagai suatu instrument untuk objek pembuktian kebenaran sehingga menjadikan hal tersebut sesuatu yang dapat diklaim sebagai pengetahuan ilmiah, yang sering kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Inilah watak intelektual nomor satu dan satu – satunya.
Ciri – ciri dalam penjelasan di atas dapat dirumuskan dan diuraikan sebagai berikut. Yang pertama memiliki rasa keingintahuan. Bahwasannya segala gejala dan fenomena alam yang ada pada realitas, tentunya tidak begitu saja diterima secara mentah – mentah, dan diakui bahkan diterapkan. Perlu adanya pembuktian – pembuktian secara ilmiah dengan mengritisi segala fenomena tersebut. Sikap kritis, dapat dimanifestasikan dengan mensangsikan gejala yang ada dan juga melakukan observasi,pengamatan. Kemudian yang kedua keengganan untuk menyetujui adanya ilusi – ilusi. Ilusi yang cenderung membawa kita pada kesesatan, sesat dalam artian tidak memiliki manfaat dan kegunaan yang nantinya membuat kita tidak berkembang dalam mindset kita selain itu menjadikan diri individu  pasif, statis, apatis, eksklusif bahkan introver (tertutup). Tidak memiliki keefektifitasan dan juga tidak memberikan kebahagiaan bagi umat manusia, meskipun ada tetapi itu hanya diawalnya selebihnya timbul penyesalan dan kekecewaan. Sehingga perlu adanya memunculkan sikap keterbukaan (ekstrover), untuk berpandangan lebih maju, dengan kata lain lebih bertingkah laku, dinamis, aktif, kritis, dan inklusif. Jadi tidak ada kepastian subyektif yang menyesatkan dalam ilmu pengetahuan.

Model Integratif Budi Pekerti di Sekolah sebagai Upaya Revitalisasi Pendidikan Etika, Moral dan Kesantunan Remaja di Jawa Timur




Model Integratif Budi Pekerti di Sekolah sebagai Upaya Revitalisasi Pendidikan Etika, Moral dan Kesantunan Remaja di Jawa Timur

DIUSULKAN OLEH:
M. Imam Adi Aji K.       (NIM: 0910113219) 2009
Elita Savira (NIM : 0910110096) 2009

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2010


HALAMAN PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
1. Judul                             : Model Integratif Budi Pekerti di Sekolah sebagai Upaya   Revitalisasi   Pendidikan Etika, Moral dan Kesantunan Remaja di Jawa Timur
      2. Kategori                                    :  LKTIM Bidang Pendidikan
      3. Bidang Ilmu                  :  IPS
      4. Ketua pelaksana kegiatan
            a. Nama lengkap         : M. Imam Adi Aji K.
            b. NIM                                    : 0910113219
            c. Fakultas                   : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
            d. Universitas              : BRAWIJAYA
            e. Alamat, /HP                        : Desa Semare Rt02 / Rw02 Kec. Kraton Kab. Pasuruan
            f. Alamat email           : ko2mgend@yahoo.co.id
      5. Anggota Pelaksana        : Elita Savira
      6. Dosen Pendamping
            a. Nama lengkap, gelar: DR.Drs. Arif Budi Wurianto, Msi.
            b. NIP                         : 196408291990031003
            c. Fakultas                   : Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politi (FISIP)
            d. Universitas              : Brawijaya Malang
            e. Alamat, Telp/HP     :Jl. Terusan Titan VE9 Malang. 0341495054/Hp:08179624858
Menyetujui                                                                              Malang, 28 September 2010
Dekan                                                                                      Ketua Pelaksana Kegiatan



Herman Suryokumoro, SH.MS                                               M. Imam Adi Aji K.
NIP.195605281985031002                                                    NIM.0910113219

Pembantu Rektor III                                                               Dosen Pendamping



Ir.H.RB. Ainurrasjid, M.S.                                                     DR.Drs.Arif Budi Wurianto,Msi.
NIP. 130 935 076                                                                   NIP. 196408291990031003

KATA PENGANTAR
      Bismillahirroh manirrohim, Assalamualaikum Wr. Wb
      Syukur alhamdulillah terpanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis ilmiah mahasiswa ini dapat terselesaikan tepat waktu. Penyusunan karya tulis mahasiswa ini berdasarkan ide yang mengangkat permasalahan tentang remaja di Jawa Timur yang telah terisolasi dengan budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita sendiri.
      Sesuai dengan judul yang diambil, karya tulis ini mencoba memberikan solusi terbaik dalam menata kembali etika dan moral remaja di Jawa Timur yang mudah dalam menyeleksi budaya barat yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Solusi yang diutarakan hanya melalui sebuah karya tulis ilmiah, dimana yang menjadi acuan dalam penulisan ini adalah sebuah penelitian. Kritik-kritik yang dapat membangun untuk perbaikan sistematika dan pembahasan selalu akan diterima dengan besar hati, sebab ada pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak”. Demikian pula karya tulis ini, tentunya memiliki banyak kekurangan.
Secara khusus di sini disampaikan salam hormat yang setinggi-tingginya kepada para dosen yang telah banyak membantu, membimbing dan membina dalam penyusunan karya tulis mahasiswa ini. Salam terima kasih juga tersampaikan kepada teman teman yang selalu mendukung dan memberikan motivasi dalam menyusun karya tulis mahasiswa ini.
      Akhir kata, semoga penelitian ini membawa manfaaat yang positif bagi seluruh pembaca dan remaja Indonesia. Harapan kami yaitu agar karya tulis kami ini menjadi acuan dalam menata kembali moral dan etika remaja Indonesia.
Malang, 28 September 2010


Penulis
                       
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............………………………………………………...  i
DAFTAR ISI.... ………………………………………………………………  ii
ABSTRAKSI...................................................................................................  iii
BAB I                         PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...............................................................................   1
1.2.Rumusan Masalah..........................................................................   2
1.3.Tujuan............................................................................................   3
1.4.Manfaat........................................................................................     3
1.5.Batasan..........................................................................................   3
1.6.Landasan Teori..............................................................................   3
1.6.1 Pengertian.............................................................................   3
1.6.2 Perkembangan......................................................................   5
1.6.3 Akibat tidak Adanya Model Integratif Budi Pekerti............   8
1.7.Kerangka Pikir...............................................................................  9
BAB II            Model Integratif Budi Pekerti di Sekolah sebagai Upaya   Revitalisasi                 Pendidikan Etika, Moral dan Kesantunan Remaja di Jawa Timur
2.1 Bentuk Integratif Budi Pekerti...................................................    10
2.2 Fungsi Integratif Budi Pekerti...................................................     10
2.4 Temuan Integratif Budi Pekerti.................................................     11

BAB III          PENUTUP
3.1  Kesimpulan..........................................................................     13
3.2  Saran....................................................................................     13
DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAKSI
            Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membahas masalah Penambahan mata pelajaran “Budi Pekerti dan Akhlaq” dalam Pendidikan Guna Menata Kembali Etika, Moral dan Sopan Santun Remaja Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh terjadinya degradasi etika, moral dan sopan santun pada remaja Indonesia yang mengakibatkan terjerumusnya remaja pada hal-hal yang dapat merusak masa depan mereka, seperti freesex, pergaulan bebas, dan lain-lain. Akibat lain yaitu bagi orang tua mereka yang pasti akan mendapat malu apabila anak mereka terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan akibat paling buruk adalah bagi bangsa dan negara,yaitu akan tercipta kesan buruk di mata internasional. Hal ini dikarenakan citra suatu bangsa dan masa depan bangsa itu bergantung pada bangsa itu sendiri dan masyarakatnya yang berpengaruh besar. Jadi dapat dikatakan remaja adalah masa depan suatu bangsa. Hal ini menjadi sangatlah penting untuk dikaji dan dicari solusinya.
      Tujuan dibuatnya karya tulis ini agar kita mengetahui dan menemukan solusi atas permasalahan yang dikaji. Metode yang digunakan adalah adalah yuridis empiris, mengkaji dan menganalisa permasalahan yang ditetapkan secara yuridis dengan melihat fakta empiris secara obyektif. Kemudian menganalisa seluruh data yang ada. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mendapat jawaban atas permasalahan yang ada bahwa untuk membangun budi pekerti yang baik pada remaja sekarang ini yaitu dengan memberikan mata pelajaran budi pekerti dan akhlak pada pendidikan saat ini, karena untuk pembangunan karakter yang baik, hal itu tidak memadai lagi sekarang ini.
      Menyikapi fakta yang ada di atas, maka sangat perlu adanya penambahan mata pelajaran budi pekerti dan akhlak yang pada zaman dahulu ada kemudian sekarang mulai luntur. Hal ini ini semata-mata dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan memperbaiki moral, etika, dan sopan santun remaja era saat ini yang juga sudah semakin terkikis. Diharapkan dengan solusi-solusi yang ada ini, dapat memecahkan satu masalah dari sekian banyak masalah yang ada di negara kita ini.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Pada tahun 2010 ini Indonesia telah memasuki pasar bebas, dimana semua investor asing bisa memasarkan hasil produksinya ke dalam Indonesia. Dalam pasar bebas, banyak sekali orang asing yang secara tidak langsung memperlihatkan budaya mereka. Seperti cara berpakaian, cara makan, cara jika bertemu orang lain atau teman. Perkenalan budaya asing tersebut secara tidak  langsung juga akan mempengaruhi budaya lokal Indonesia. Agar budaya lokal Indonesia tidak sepenuhnya terpengaruhi oleh budaya barat, maka perlu adanya suatu penyaringan yang kuat agar tidak terjadi hal yang demikian.
      Penyaringan budaya tersebut dilakukan terlebih dahulu oleh pemerintah kemudian orang tua dan yang terakhir jatuh pada anak anak (mulai dari balita sampai remaja). Karena jika sitematika penyaringan itu tidak dilakukan, maka kemungkinan besar remaja secara tidak langsung akan meniru budaya asing yang tidak sepatutnya mereka lakukan. Orang asing bukan hanya memperlihatkan atau menunjukkan budaya di dunia nyata saja, tetapi mereka juga menunjukkan budayanya lewat dunia maya atau biasa yang disebut dengan internet. Kita bisa melihat seluruh apa yang terjadi di dunia ini lewat internet.  Apalagi saat ini sudah banyak warnet (warung Internet), dimana mereka bisa membuka situs-situs yang dibuat oleh orang asing atau mereka bisa membukanya lewat Handphone. Mereka juga meniru apa yang mereka lihat di Internet. Jadi pada dasarnya remaja itu seperti halnya bayi yang sangat besar, dimana mereka berada pada fase melihat dan meniru.
      Remaja adalah masa masa yang labil, dimana tingkat mencontohnya, menirunya sangat tinggi dibanding dengan orang tua. Bukan hanya tingkat meniru dan mencontohnya yang tinggi, tetapi juga tingkat emosi remaja juga tinggi. Seperti halnya model rambut artis Sinetron atau penyanyi, ketika artis idola mereka mengenakan model rambut yang baru, maka mereka juga akan mengganti model rambut mereka. Sembilan dari sepuluh remaja yang kami amati, mereka meniru gaya rambut sang idola. Mereka mengatakan bahwa hal yang mereka tiru itu merupakan suatu kebanggaan dari diri mereka sendiri.
      Saat ini remaja Indonesia kurang teliti dalam menyaring budaya asing yang masuk ke Negara kita. Mereka tidak menghiraukan dengan apa yang terjadi jika mereka kurang teliti dalam menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia.  Hasil dari ketidaktelitian dalam menyaring budaya tersebut akan berdampak negatif pada budaya lokal Indonesia. Sebagai contoh, menurunnya kualitas etika seorang murid kepada seorang guru.
Kemudian dalam segi moral, contoh yang dapat diberikan di sini mengenai penyalahgunaan jaringan internet. Dengan adanya jaringan internet, saat ini generasi bangsa kita khususnya pemuda mengalami degradasi moral. Hal ini dikarenakan para pemuda yang menggunakan jaringan Internet tidak mengakses suatu hal yang sewajarnya. Mereka telah menyalahgunakan kecanggihan teknologi dengan mengakses hal-hal yang berbau porno dan  tidak wajar bagi para pengguna khususnya pemuda untuk memanfaatkan dengan menyaksikan tayangan-tayangan budaya asing yang tidak normatif.  Berdasarkan hasil penelitian, hampir 50 % setiap pengguna kecanggihan teknologi internet mengakses hal-hal yang berbau porno. Perbuatan-perbuatan tersebut bukan hanya bertentangan dengan nilai budaya, norma agama dan norma kesusilaan, tetapi juga akan merusak masa depan mereka.

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang penulis jelaskan di atas, penulis dapat merumuskan sebuah masalah. Masalah-masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana model integratif budi pekerti di sekolah yang sepatutnya diterapkan saat ini?
2.      Dalam bentuk apakah upaya revitalisasi pendidikan etika, moral dan kesantunan remaja di Jawa Timur?
3.      Fungsi apakah yang didapat dari revitalisasi pendidikan etika, moral dan kesantunan remaja di JawaTimur?



1.3  Tujuan
      Dalam penelitian kami ini pastinya kami selaku penulis memiliki tujuan baik bagi pembaca, remaja dan orang tua. Tujuan tersebut adalah :
1.      Untuk mengetahui model integratif budi pekerti di sekolah yang sepatutnya diterapkan saat ini.
2.      Untuk mengetahui bentuk upaya revitalisasi pendidikan etika, moral dan kesantunan remaja di Jawa Timur.
3.      Untuk mengetahui fungsi dari revitalisasi pendidikan etika, moral dan kesantunan remaja di JawaTimur.
1.4  Manfaat
            Manfaat yang didapatkan dari karya tulis ilmiah ini secara praktis adalah memberikan masukan tentang revitalisasi etika, moral dan kesantunan yang diupayakan dalam model integratif di sekolah-sekolah. Dan adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari sini adalah memberikan sumbangan dan saran untuk perkembangan dan revitalisasi etika, moral dan kesantunan remaja di Jawa Timur.
1.5  Batasan
      Dalam melakukan penelitian karya tulis kami, kami memiliki batasan wilayah. Kami hanya melakukan penelitian di wilayah Jawa Timur saja. Karena di wilayah ini tingkat kualitas etika dan moral remaja sangat menurun dari tahun tahun sebelumnya, terutama di kota kota besar, seperti: Surabaya, Malang, Jember dan lain lain.
1.6  Landasan Teori
a.      Pengertian
1.)    Budi Pekerti
            Budi Pekerti adalah induk dari segala etika ,tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral,budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Budi Pekerti yang mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan( Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik ( Budi).

2.)    Moral dan Etika
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Sedangkan istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1.      ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2.      kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3.      nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
3.)    Integratif
            Dalam pengertiannya, integratif berarti padu. Konsep ini timbul dari makna kata yang berlawanan arti, yaitu disintegratif yang artinya komponen-komponen yang ada dalam suatu wadah (organisasi, negara atau institusi) yang memiliki opsi untuk memisahkan diri. Jadi arti dari integratif yaitu terdapatnya kesepahaman antar komponen karena kesamaan prinsipil hingga dapat disatukan dalam satu wadah.

b.      Perkembangan
1.)    Budi Pekerti di Sekolah
Sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Indonesia sangat memegang etika, moral dan sopan santun. Karena menjaga etika, moral dan sopan santun akan menjaga keutuhan atau kesatuan negara. Pada masa sebelum kemerdekaan RI, banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengenyam pendidikan. Mereka bukan tidak mau sekolah, tetapi mereka mendapat tekanan dari para penjajah. Tekanan pada waktu itu adalah tidak memberikan kesempatan pada masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan tekanan tersebut, masyarakat Indonesia pada saat itu masih mendapatkan pengajaran budi pekerti dan akhlaq tentang etika, moral, dan sopan santun dari orang tua mereka dan sesepuh. Mereka mendapatkan pendidikan dari sesepuh atau para guru agama. Sesepuh atau guru agama memberikan pendidikan mengenai budi pekerti dan akhlaq di sebuah padepokan kecil yang pada saat ini lebih dikenal dengan istilah Pondok Pesantren.  Jadi meskipun mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tetapi pada dasarnya mereka masih mendapatkan pengetahuan tentang budi pekerti dan akhlaq. Kedua ilmu pengetahuan tersebut sebagai tumpuan atau dasar dalam mencapai cita cita negara yaitu memerdekakan negara Indonesia. Penulis mengatakan demikian karena di dalam kedua ilmu pengetahuan tersebut bukan hanya mengajarkan tentang etika, moral dan sopan santun, tetapi juga mengajarkan tentang pentingnya bersatu. Dari situlah masyarakat Indonesia dapat mengambil haknya, yaitu sebuah kemerdekaan.
Setelah masa kemerdekaan RI tahun 1945, masyarakat Indonesia mendapatkan kemabali haknya dalam menimba ilmu pengetahuan. Pada saat itu Ilmu Budi Pekerti dan Ilmu Akhlaq masih dicantumkan dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi pada tahun 1990-an ilmu tersebut disatukan dalam pelajaran PPKN atau yang lebih dikenal dengan sebutan KWN. Dalam pelajaran PPKN atau KWN, Budi Pekerti dan Akhlaq sudah tercantum dan dibahas. Pembahasan Budi Pekerti dan Akhlaq dalam pelajaran PPKN atau KWN tidak semendetail sebelumnya. Artinya pembahasan Budi Pekerti dan Akhlaq dalam pelajaran PPKN atau KWN hanya membahas tentang pokok pokoknya saja.
Dengan kondisi dan keadaan negara saat ini, dimana seorang siswa harus mengetahui tatanan negara. Pengetahuan siswa mengenai tatanan negara tersebut tidak akan berkembang tanpa adanya dorongan atau pembelajaran dari guru, maka dalam pelajaran PPKN atau KWN lebih difokuskan ke tatanan negara. Jadi seiring dengan berjalannya waktu dan keadaan negara kita, maka pembahasan mengenai Budi Pekerti dan Akhlaq lebih dipersingkat lagi. Dapat penulis simpulkan bahwasannya Ilmu Budi Pekerti dan Akhlaq dalam lembaga pendidikan menurun. Sehingga dengan adanya hal tersebut, maka menurunnya pembahasan Budi Pekerti dan Akhlaq juga menyebabkan menurunnya kesadaran etika, moral dan sopan santun remaja. 

2.)    Moral dan Etika
Lambat laun setiap manusia pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut mengacu kepada dua hal yaitu menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Perubahan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih baik juga dapat difaktorkan oleh beberapa sebab, baik itu faktor internal maupun faktor external. Faktor internal contohnya: keruntuhan rumah tangga dapat menyebabkan seorang anak atau remaja mengalami perubahan. Sedangkan faktor external, contohnya dari pergaulan teman, lingkungan, kecanggihan teknologi dan lain lain.
Seiring dengan berjalannya waktu kecanggihan teknologi (sebagai salah satu contoh dari faktor external) makin tinggi, seperti layanan internet. Layanan internet ini akan membuka wawasan kita mengenai dunia luar yang belum kita ketahui sebelumnya. Karena dari internet tersebut kita bisa mengetahui semua apa yang terjadi di dunia. Itulah nilai positif dari canggihnya internet, tetapi tidak menutup kemungkinan kecanggihan teknologi itu juga memiliki nilai yang negatif. Nilai negatif yang dimaksud dalam penulisan kami adalah situs situs yang mengajarkan tentang hal hal yang bertentangan dengan nilai budaya, norma agama dan norma kesusilaan, seperti situs-situs porno. Kecanggihan tersebut merupakan faktor dari berubahnya etika dan moral remaja, khususnya di wilayah Jawa Timur menjadi negatif. Berdasarkan penelitian kami, bersumber dari Tempo Interaktif Edisi Rabu, 7 Juli 2010, 40 kasus pemerkosaan di Banjarnegara, Sumedang, dan Makassar disebabkan oleh video mirip artis yang sedang beredar saat ini melalui internet. Pelaku mengaku menonton video itu kemudian melakukan pemerkosaan. Dan ada juga yang sebagian menonton video porno lain yang juga berasal dari internet yang akhirnya berakibat sama.
Sebenarnya Indonesia sudah lagi tidak dijajah oleh negara lain, tetapi Indonesia sekarang dijajah oleh canggihnya teknologi yang merusak moral pemuda bangsa. Karena sebelum kecanggihan teknologi tersebut masuk ke Indonesia dan pada waktu itu juga masyarakat Indonesia masih sangat menghormati adat istiadat, budaya masing masing daerah, minimnya tindak kejahatan dan minimnya tindakan asusila ( seperti : pemerkosaan, freesex, penggunaan narkoba dan lain lain). Dulu  adanya gotong royong antar warga, sikap saling menghormati antar warga masih melekat dalam jiwa pemuda Indonesia, terutama di Jawa Timur. Hal tersebut sudah berkurang karena kecanggihan teknologi dan juga berbagai faktor lainnya. Jadi dapat kami simpulkan bahwa perkembangan etika dan moral remaja Indonesia (terutama di wilayah Jawa Timur) lambat laun makin menurun.

c.       Akibat Tidak Adanya Model Intregasi Budi Pekerti di Sekolah
Berdasarkan penjelasan di atas, adapun setiap perubahan pastinya ada usaha. Bukan hanya ada usaha, tetapi juga ada akibat dari sebuah perubahan. Akibat tersebut berdampak pada siswa dan orang tua serta bangsa.
1.)    Bagi Siswa
Dengan sedikit mendapatkan Ilmu Budi Pekerti dan Akhlaq, maka perubahan akan menimpa etika, moral dan sopan santun. Pada saat siswa masih menerima Ilmu Budi Pekerti dan Akhlaq, pada saat itu etika, moral, dan sopan santun (khususnya remaja) masih sesuai dengan budaya Indonesia. Tetapi pada saat siswa kurang mendapatkan atau menerima pembahasan mengenai Budi Pekerti dan Akhlaq, pada saat itu pula etika, moral, dan sopan santun sudah sedikit tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Akibat dari tidak sesuainya etika, moral, dan sopan santun remaja dengan budaya Indonesia, maka masa depan mereka juga terancam. Seperti halnya banyak remaja yang melakukan freesex, narkoba, dan lain lain, bahkan seorang anak sampai membentak orang tuanya supaya si anak tersebut mendapatkan uang untuk membeli narkoba. Dampak tersebut bukan hanya merusak masa depan siswa siswi, tetapi juga akan berdampak pada orang tua.

2.)    Bagi Orang Tua
Keresahan orang tua akan masa depan anak mulai nampak ketika anak tersebut mulai menampakkan etika, moral, dan sopan santun yang buruk. Keresahan adalah salah satu dampak dari kurangnya pemberian Budi Pekerti dan Akhlaq terhadap anak.
Malu adalah dampak kedua bagi para orang tua. Ketika etika, moral, dan sopan santun anak tersebut sudah tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan anak tersebut mulai melakukan hal yang dapat merusak masa depan, maka orang tua akan merasa malu.
           
3.)    Bagi Bangsa
Tentunya suatu bangsa sangat terpengaruh oleh kualitas masyarakatnya.  Apabila sebagian besar masyarakat tidak memiliki budi pekerti yang baik dalam dirinya, maka hal ini akan membahayakan bangsa itu sendiri. Salah satunya, citra bangsa akan terlahir buruk di mata internasional. Sebagai salah satu contoh adalah tingkat tindak pidana korupsi, dimana banyak para pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Tentunya masih banyak dampak yang lain dan oleh sebab itu, ini merupakan hal yang penting untuk dikhawatirkan agar bangsa ini tidak semakin hancur.


1.7  Kerangka Pikir
      Kerangka pikir yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah sebuah penelitian, dimana penelitian masuk dalam jenis penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis. Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari perumusan masalah.  Kerangka pikir yang penulis lakukan adalah melalui pendekatan penelitian.







BAB II
Model Integratif Budi Pekerti di Sekolah sebagai Upaya   Revitalisasi   Pendidikan Etika, Moral dan Kesantunan Remaja di Jawa Timur

2.1  Bentuk Integrasi
             Bentuk integrasi Budi Pekerti di sekolah adalah berupa pembelajaran dan implementasi budi pekerti di dalam kegiatan belajar mengajar. Budi Pekerti bukanlah suatu hal yang hanya dipelajari, tetapi juga dipraktekkan dalam kegiatan sehari hari. Budi Pekerti berbeda dengan pelajaran lainnya, sebagai contoh adalah Biologi, Fisika, dan Matematika. Mata pelajaran Biologi, Fisika, dan Matematika lebih banyak mengacu pada teori dari pada praktek, karena dalam ketiga mata pelajaran tersbut kita harus mengusai materi dan konsep terlebih dahulu. Hal tersebut berbeda dengan Budi Pekerti, dimana dalam Budi Pekerti kita harus banyak mengimplementasikan atau mepraktekkan dalam kegiatan sehari hari. 
2.2  Fungsi Integrasi
Fungsi dari integrasi Budi Pekerti di sekolah adalah:
1.      Merevitalisasi Etika, Moral, dan Kesantunan. Maksud dari merevitalisasi adalah menata kembali etika, moral, dan kesantunan remaja Jawa Timur. Karena berdasarkan penelitian bahwa hampir 78% remaja Jawa Timur mengalami degradasi moral, etika dan kesantunan.
2.      Mengembalikan kearifan budaya Jawa Timur. Kearifan budaya Jawa Timur juga mengalami degradasi jika moral, etika dan kesantunan remaja di Jawa Timur juga mengalami degradasi. Jadi pada dasarnya moral, etika dan kesantunan merupakan faktor untuk meningkatkan kearifan budaya Jawa Timur.
2.3  Temuan Konsep
Berdasarkan penejalasan dan penelitian yang dilakuakn, bahwa perlu adanya model integrasi dan Implementasi Budi Pekerti di sekolah sebagai upaya revitalisai pendidikan etika, moral, dan kesantunan remaja di Jawa Timur. Mengingat pada saat ini negara kita sudah memasuki pasar bebas, dimana banyak para investor luar negeri memasarkan hasil produksinya ke Indonesia, terutama Jawa Timur dan secara tidak langsung mereka juga akan memperkenalkan budaya mereka kepada masyarakat Jawa Timur. Sebagai contoh cara mereka bertemu dengan orang lain, cara mereka berbicara, dan cara mereka berpakaian. Jika remaja Jawa Timur tidak mempertebal penyaringan (penyaringan yang dimaksud dalam penulisan karya tulis ini adalah Integrasi Budi Pekerti), maka mereka akan mengalami degradasi etika, moral, dan sopan santun.
Akhir akhir ini remaja Jawa Timur sudah mengalami degradasi etika, moral, dan kesantunan. Hal tersebut terbukti karena berdasarkan penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar remaja di Jawa Timur sudah mengadopsi budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Jadi pembelajaran ilmu dan implementasi mengenai Budi Pekerti bukan penting lagi, tetapi merupakan suatu kewajiban bagi siswa siswi untuk mengimplementasikan Budi Pekerti.
Model integrasi Budi Pekerti di sekolah bukan hanya memiliki peranan penting dalam revitalisasi pendidikan etika, moral, dan kesantunan, tetapi juga akan bermanfaat bagi orang tua dan bangsa ini. Pemanfaatan penambahan mata pelajaran Budi Pekerti dan Akhlak dalam pendidikan bagi bangsa yaitu guna mencapai tujuan dan cita cita bangsa Indonesia sendiri yang tercantum dalam konstitusi kita. Dalam konstitusi sudah dijelaskan tujuan bangsa Indonesia yaitu mensejahterakan masyarakat Indonesia. Untuk mencapai cita cita bangsa tersebut, maka kita selaku masyarakat Indonesia wajib menata kembali etika, moral, dan sopan santun kita. Karena pada saat etika, moral, dan sopan santun masyarakat Indonesia masih sesuai dengan budaya lokal Indonesia, mereka bisa mewujudkan cita cita besar yaitu mencapai sebuah kemerdekaan bangsa.
Dalam revitalisasi pendidikan etika, moral, dan kesantunan tak luput ada pengawasan dari orang tua juga. Pada kenyataannya seseorang yang berperan penting dalam menjaga etika, moral, dan kesantunan remaja adalah orang tua. Jadi pengawasan orang tua dalam menjaga etika, moral dan kesantunan remaja sangatlah penting. 






















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Dapat menarik kesimpulan bahwa untuk merevitalisasi etika, moral, dan kesantunan remaja di Jawa Timur agar sesuai dengan budaya Indonesia, maka perlu adanya suatu pembelajaran dan implrmrntasi mengenai Budi Pekerti di sekolah. Meskipun pembelajaran Budi Pekerti sudah dijelaskan di dalam mata pelajaran KWN, tetapi pembahasannya kurang begitu mendetail dan juga kurang adanya implementasi dalam kegiatan sehari hari. Jadi perlu adanya suatu pembelajaran khusus dan implementasi  mengenai Budi Pekerti baik di sekolah maupun kegiatan sehari hari.
3.2 Saran
Dewasa ini kita merasakan turunnya kualitas budi pekerti di dalam masyarakat. Bahkan siswa siswi di sekolah masih belum mengimplemtasikan Budi Pekerti. Berbagai contoh yang berhubungan dengan penurunan moral, etika dan sopan santun mudah ditemukan. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan mengintegrasikan mata pelajaran budi pekerti pada usia dini atau remaja di sekolah.
Selain itu, harus ada juga pengendalian dan pemupukan karakter dari orang tua kepada anaknya. Dapat ditekankan, bahwa sangat penting dilakukan. jika solusi ini dijalankan dengan baik maka akan membawa pengaruh besar bagi banyak pihak seperti; individu itu sendiri, keluarga, masyarakat dan yang terutama bagi bangsa dan negara.





DAFTAR PUSTAKA

  1. Sofa,Pakde. http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/. 23 September 2010 Malang.
  2. Suryo S. Negoro. http://jagadkejawen.com/id/budi-pekerti/budi-pekerti. 23 September 2010 Malang.
  3. Caray. http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/definisi-revitalisasi.html. 23 September 2010 Malang.